Vrydag 22 Maart 2013

KH. MASRURI ABDUL MUGHNI



 (23 Juli 1943 – 20 Nopember 2011)

KH. Masruri Abdul Mughni yang akrab disapa Abah merupakan sosok Ulama yang alim, murah senyum, pembawaannya luwes, bijaksana, dan mampu mengatasi masalah. Dan yang terpenting lagi, sejak kecil sosok Abah ini memiliki jiwa kepemimpinan dan selalu dituakan di Kampung Benda. KH.Masruri Abdul Mughni di lahirkan di Desa Benda pada tanggal 23 Juli tahun 1943 merupakan putra nomor 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara hasil buah hati pasangan H. Abdul Mughni dengan Hj. Maryam, Abah juga merupakan cucu dari KH. Cholil bin Mahali yang menikah dengan Hj. Azizah.
Pada tahun 1965, di usia yang ke 22 tahun Abah menikah dengan Hj. Adzkyah bin KH. Cholil yang waktu itu berusia 18 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut Abah dikaruniai anak putra berjumlah 9 orang, dan putri berjumlah 7 orang. Pada tahun 1996 , di usia yang ke 48 tahun istri Abah Hj. Adzkyah meninggal dunia karena menderita sakit. Atas petunjuk dan do’a restu beberapa para kyai pada tahun 1999 Abah menikahi Hj. Musdalifah bin Anas, dari hasil pernikahan yang kedua ini Abah dikaruniai Putra berjumlah 2 (dua) orang, dan putri berjumlah 2 (dua) orang. Sehingga pada bulan Desember tahun 2009 ini Abah dikaruniai putra/putri berjumlah 20 orang, dan cucu berjumlah 21 orang. Dan pada hari ini, Ahad 20 Nopember 2011 beliau telah berpulang ke Rahmatullah. Semoga Allah mendudukannya pada posisi yang terbaik di sisi Allah SWT. Amiin

PENDIDIKAN
Masa kecil KH. Masruri Abdul Mughni menimba ilmu keagamaan di Pondok Pesantren Al Hikmah yang dikala itu pengasuh pesantrennya adalah kakeknya sendiri yaitu KH.Cholil bin Mahali yang di bantu oleh KH.Suhaemi bin Ghoni (putra kakak KH.Cholil). Pada tahun 1957 sampai dengan tahun 1959 KH. Masruri Abdul Mughni belajar mengaji dan memperdalam ilmu keagamaan pada KH. Sayuti dan KH. Bisri di Pondok Pesantren Tasik Agung Rembang, merasa sudah cukup belajar mengaji dan memperdalam ilmu keagamaan di Ponpes.Tasik Agung Rembang maka pada tahun 1959 KH. Masruri Abdul Mughni hijrah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang untuk belajar mengaji dan memperdalam ilmu keagamaannya. Kembali hingga pada tahun 1965. Selain itu KH. Masruri Abdul Mughni juga sangat aktif Tabarokan di beberapa Pondok Pesantren di Indonesia, diantaranya adalah Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

KARIER
Selain belajar mengaji dan memperdalam ilmu keagamaan sejak kecil hingga sekarang KH.Masruri Abdul Mughni juga aktif di kegiatan organisasi NU, diantaranya adalah :
Pandu Ansor; Kepengurusan IPNU, pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1965; Pengurus NU dari mulai Tingkat Ranting hingga PWNU, dari tahun 1965 sampai dengan tahun 1984; Sebagai Rois Jawa Tengah, sejak tahun 1984 selama 4 (empat) periode berturut-turut, sedangkan masa waktu kepengurusan disetiap periodenya adalah 4 – 5 tahun; Rois Syuriyah Wilayah Jawa Tengah, sejak tahun 2003 sampai dengan kepengurusan saat ini.

CIKAL BAKAL AL HIKMAH
Adalah KH. Cholil bin Mahali, pada tahun 1911, yang pertama merintis Pondok Pesantren Al-Hikmah. Sepulang dari tholabul ilmi dari beberapa pesantren dan terakhir di pesantren mangkang-Semarang, KH.Cholil bin Mahali mengadakan pengajian dengan metoda bilhikmati wal mau’idhotil hasanah dari rumah ke rumah, di surau-surau, bahkan di kediamannya sendiri. Pada tahun 1922 KH. Suhaemi bin Abdul Ghoni (putra kakak KH.Cholil) sepulang dari Masjidil Haram, membantu merubah keadaan sekitar yang masih terbelakang, baik pengetahuan ilmu agama maupun pengetahuan ilmu umum. Pada awalnya KH. Cholil bin Mahali mempergunakan tempat rumah tinggal sendiri untuk dijadikan tempat belajar mengaji, sekaligus tempat menginap santri.
Dengan usaha yang keras KH. Cholil bin Mahali dan KH. Suhaemi bin Abdul Ghoni berhasil mendirikan 9 (sembilan) kamar untuk asrama para santri. Dari sinilah kemudian dikenal Pondok Pesantren Al-Hikmah. Maka pada tahun 1930, mulai dirintis pendidikan klasikal formal, dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ), dan mendapatkan izin operasional dari pemerintah Belanda pada tahun 1931. Tidak sia – sia pembinaan yang dilakukan selama bertahun– tahun oleh beliau berdua, sebab telah terbukti bahwa pada tahun 1932 dari sejumlah santri yang mengaji kitab kuning dan menghafal Al Qur’an sudah ada lulusan santri yang khatam.
Dalam masa revolusi kemerdekaan Ponpes Al Hikmah mengalami kegoncangan, bahkan nyaris hancur. Terutama setelah peristiwa pembakaran pondok dan pembunuhan sejumlah ustadz dan santri oleh Belanda pada tahun 1947 – 1948. Di antara ustadz dan santri pesantren yang gugur pada masa itu antara lain: KH. Ghozali, H. Miftah, H. Mashudi, Amin bin H. Aminah, Sukri, Dauad, Wahyu, Siraoj dan lain-lain. Setelah keadaan kembali aman, KH. Cholil, KH. Ali Asy’ari (manantu KH.Cholil), dan KH. Suhaemi membenahi dan membangun kembali pondok dan madrasah bahkan kediaman KH. Cholil sendiri dijadikan tempat belajar mengaji, sekaligus tempat menginap santri (Ponpes). Tahun 1955, KH. Cholil wafat, Kemudian disusul KH. Suhaemi yang wafat tahun 1964.
Sepeninggal para pendiri, Pondok dilanjutkan oleh KH. Masruri Abdul Mughni (cucu KH.Kholil) dan KH. Shodiq Suhaemi (putra KH. Suhaemi). Dibawah asuhan berdua, pondok mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terlihat dengan didirikannya Madrasah Tsanawiyah(’64), Madrasah Diniyyah Awaliyah dan Wustho (’65), Madrasah Mualimin/Mualimat(’66), Madrasah Aliyah I (’67), SMP, TK Roudlotul Athfal (’78), MTS II, III (’86), SMA (’87), Perguruan Takhossus Qiro’atul Kutub / Ma’had Aly (’88), MTS IV, V (’89), Madrasah Aliyah II (’90), STM (’93), MAK (’94), AKPER (tahun 2002). Karena banyaknya santri maka di bagi tugas dalam menangani dan mengelola pesantren, yaitu dengan sebutan pondok pesantren Al Hikmah 1 dan pondok pesantren Al Hikmah 2 .
KH.Masruri Abdul Mughni selaku pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 yang dalam keseharian selalu dipangil Abah ini dikenal masyarakat Desa Benda dan Masyarakat Kabupaten Brebes. Sosok Abah dimata santri adalah sebagai guru sekaligus bapak dan rekan. Sebagai guru, beliau memberikan ilmu Al Qur’an, kitab atau teknologi sesuai dengan tuntutan kedisiplinan ilmu. Sebagai bapak, beliau menganggap para santri-nya sebagai putra – putrinya sendiri. Dan sebagai rekan, beliau selalu memberi motivasi kepada para santrinya untuk maju, pantang menyerah, dan selalu dijalan Allah SWT. Karena mengerjakan apapun kalau dimulai dengan niat baik, tentu hasilnya akan baik.

اللهم اغفرله وارحمه وعافه واعف عنه


Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking